Jurnalbangsa.com, JEMBER – Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Jember, melakukan rekonstruksi kasus pembunuhan terhadap Hasiya (60) warga Dusun Krajan I, Desa/Kecamatan Kencong, yang ditemukan tewas di pinggir sungai Desa Keting, Kecamatan Jombang, Jember, pada Senin, 13 November 2023 lalu.
Dalam kasus itu, polisi berhasil menangkap 3 orang tersangka. Mereka adalah SA, NH, dan AW. Tragisnya, NH merupakan anak perempuan korban. Sementara SA adalah pacar NH alias calon menantu korban.
Proses rekonstruksi dilakukan di lokasi kejadian pada Rabu, 24 Januari 2024, dengan pengawalan ketat polisi.
Dalam reka ulang tersebut, tersangka memperagakan sebanyak 24 adegan dimulai dari perencanaan hingga mengeksekusi korban.
Pada salah satu adegan, tersangka AW yang merupakan teman SA, mengajak korban berkeliling dengan dalih menagih hutang. Sementara NH dan SA membuntuti dari belakang.
Setelah tiba di pematang sawah, SA dan AW mengeksekusi korban menggunakan senjata tajam jenis pisau dan celurit. Korban dibantai hingga leher nyaris putus.
Selanjutnya, korban yang sudah tidak bernyawa diangkat dan dilempar ke sungai.
“Ada 24 adegan yang diperankan oleh tiga tersangka, dari mulai perencanaan hingga terjadinya eksekusi pembunuhan terhadap korban,” kata Kanit Pidum Satreskrim Polres Jember, Iptu Bagus Dwi Setiawan, usai rekonstruksi.
Menurut Bagus, motif pembunuhan itu dilatarbelakangi dendam dan sakit hati, lantaran korban memberikan perkataan yang menyakitkan terhadap SA.
“Motifnya sakit hati, dan itu menjadi alasan tersangka melakukan pembunuhan terhadap korban,” tegas Bagus.
Sementara tersangka NH selama proses reka ulang berlangsung tak kuasa menahan tangis. Ia merasa menyesal dan durhaka karena terlibat dalam kasus pembunuhan ibu kandungnya tersebut.
NH juga mengaku telah dibohongi oleh SA, pacarnya. Pasalnya, SA berdalih hanya akan memukul korban saja, bukan membunuh.
“Saya ditipu sama pacar saya, katanya cuma mau dipukul. Ternyata ibu saya dibunuh pakai pisau dan celurit sama mereka (AW dan SA) Pak,” kata NH, sambil terus menangis.
(Penulis: Abdus Syakur)