Syubbanul Muslimin, Majelis Sholawat Probolinggo, Dorong Religiusitas dan Kesadaran Politik Masyarakat

KH. Hafidzul Hakim Noer melalui Syubbanul Muslimin saat bersama Gus Haris (Foto: SYakur/JB).
KH. Hafidzul Hakim Noer melalui Syubbanul Muslimin saat bersama Gus Haris (Foto: SYakur/JB).

PROBOLINGGO – Syubbanul Muslimin dan sejumlah majelis sholawat lainnya yang dipelopori oleh ulama-ulama muda di Probolinggo telah menjadi wadah tarbiyah (pendidikan) dan ta’lim (pengajaran) bagi masyarakat, khususnya umat Islam di Kabupaten Probolinggo.

Melalui visinya yang berfokus pada mendekatkan umat kepada Rasulullah, syariat, serta nilai-nilai agama dan akhlak, Syubbanul Muslimin berhasil memikat hati banyak kalangan.

Majelis-majelis ini telah eksis selama bertahun-tahun, dengan pengaruh yang sangat signifikan, khususnya di kalangan generasi muda. Antusiasme masyarakat terlihat dari tingginya partisipasi dalam berbagai acara sholawat yang digelar di desa-desa dan daerah sekitarnya.

Bahkan, masyarakat yang sebelumnya kurang memahami urgensi sholawat kini semakin akrab dan rutin melantunkannya, baik di majelis maupun di rumah mereka.

Dalam satu dekade terakhir, dakwah yang dibawa oleh KH. Hafidzul Hakim Noer melalui Syubbanul Muslimin telah melampaui batas wilayah Probolinggo, merambah ke berbagai daerah di Indonesia, baik di Jawa maupun di luar Jawa.

Bahkan, Syubbanul Muslimin sering diundang ke luar negeri untuk memimpin majelis sholawat. Fenomena ini juga menginspirasi banyak pondok pesantren untuk mendirikan majelis-majelis serupa. Di berbagai desa, ratusan jam’iyyah hadrah pun tumbuh subur, memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Menurut Arif Rahman Hakim, seorang pengamat Muslim lokal, perilaku keagamaan generasi muda di Probolinggo selama 10 tahun terakhir telah mengarah pada peningkatan religiusitas.

“Saat ini, ada sekitar 43 majelis sholawat yang aktif di Probolinggo. Jika digabung dengan yang terdaftar di Kemenag, jumlahnya lebih dari seratus,” katanya.

Majelis-majelis ini tidak hanya membangun cinta kepada Rasulullah, tetapi juga menyajikan dakwah yang sejuk, edukatif, dan mengedepankan nilai-nilai kebangsaan dan ke-pesantren-an.

Keberadaan majelis sholawat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Selain memberikan pengajaran spiritual, majelis-majelis ini juga memfasilitasi diskusi-diskusi terkait berbagai aspek kehidupan, termasuk psikologi remaja, rumah tangga, ekonomi, pertanian, bahkan politik.

Penulis: Abdus Syakur
Editor: Supriadi

Pos terkait