JEMBER – Calon pendaftar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMKN 3 Jember mengeluh soal lamanya antrean pengambilan pin untuk verifikasi pendaftaran calon peserta didik.
Sujatmiko (55) warga Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Jember menyebut jika dirinya disuruh menunggu sampai sore oleh petugas PPDB SMKN 3 Jember saat mengantar putrinya mengambil pin pendaftaran di sekolah tersebut.
“Tadi dikasih nomor antrean sama petugasnya, katanya nomor antrean itu terakhir mas. Terus setelah dapat nomor antrean, disuruh nunggu sampai sore gitu katanya. Ya udah saya ikuti aja,” kata Sujatmiko saat ditemui di SMKN 3 Jember, Kamis (30/05/2024) siang.
Lebih lanjut, Sujatmiko berujar jika hal tersebut cukup membuang waktunya, mengingat dirinya juga memiliki kegiatan dan aktivitas lain yang harus dikerjakan.
Tak hanya itu, dia juga menilai proses pendaftaran dengan menggunakan pin juga dinilai tak relevan.
“Ya kalau sampai sore itu lama mas, saya dapat nomor antrian 79. Tentu ini membuang waktu kami, karena saya kebetulan juga ada aktivitas dan kegiatan lain yang harus dilaksanakan,” katanya.
“Pendaftaran kalau harus ambil pin ini juga menurut kami kurang relevan, lebih enak yang dulu langsung daftar dan isi formulir gitu cepet, nggak ruwet,” imbuh Sujatmiko.
Keluhan tersebut, menurut bapak 3 anak tersebut disampaikan lantaran sebelumnya tidak pernah terjadi hal seperti itu.
Putri pertama dan kedua yang dahulu juga bersekolah di SMKN 3 Jember, proses pendaftaran lancar dan antreannya tidak terlalu lama.
“Anak saya 3, yang pertama dan kedua dulu sekolah disini juga, tapi nggak pernah antre seperti ini mas, baru sekarang ini saat saya daftarkan anak saya yang ketiga disuruh nunggu sampai sore,” jelasnya.
Sementara, Kepala SMKN 3 Jember, Rahmah Hidana mengatakan, banyak calon pendaftar yang tidak mengerti proses verifikasi itu harus kemana sehingga menyebabkan antrean sejak hari Selasa kemarin.
“Ya kalau Selasa kemarin saya kira memang antre cukup panjang, karena kebanyakan kan mereka (calon pendaftar) tidak tahu harus verifikasi kemana. Jadi itu juga menjadi salah satu faktor penyebab antrean yang cukup panjang, bahkan sampai maghrib,” papar Rahmah.
“Kalau sekarang, tadi saya sempat lihat di depan itu nggak terlalu antre bahkan mungkin bisa dibilang udah lenggang,” sambungnya.
Lebih lanjut, Rahmah menyebut jika petugas operator dari sekolahnya juga harus menginput data calon pendaftar yang baru lulus SMP dari nol.
Ia menilai, pihak Dinas Pendidikan Kabupaten dan Provinsi tidak menjalin komunikasi yang baik dan menyebabkan proses verifikasi harus dilakukan dari nol lagi.
“Harusnya operator dari SMP ini udah menginput data, biar kami tidak perlu input data lagi dan prosesnya tidak lama. Kalau data udah masuk Dapodik, kita operator yang di tingkat SMK bisa narik data yang sudah ada, dan itu tidak dilakukan,” bebernya.
“Jadi ini sebagai bentuk kritik dari kami juga, bahwa Dinas Pendidikan Kabupaten yang menangani di tingkat SMP dan Cabang Dinas Pendidikan Provinsi yang menangani tingkat SMA/SMK belum sejalan dan tidak ada komunikasi yang baik,” sambung Rahmah.
Bahkan dirinya juga berujar, setiap tahunnya selalu seperti itu dan hal tersebutlah yang menyebabkan proses verifikasi menjadi lama.
“Ya gitu setiap tahunnya mas. Kalau nggak ada sinkronisasi dari pihak Kabupaten maupun Provinsi kan susah juga kita, jadinya lama,” keluhnya.
Dirinya juga mengungkapkan, jika di sekolah lain pembagian nomor antrean itu dibatasi.
Sedangkan di SMKN 3 Jember sendiri, tidak dibatasi dan terus membagikan nomor antrean.
“Kalau di sekolah lain itu kita baru tahu nomor antreannya dibatasi. Justru kita terlalu baik hati, Selasa kemarin itu nomor antrean tidak kita batasi dan terus kita layani bahkan sampai maghrib,” jlentrehnya.
“Ya akhirnya sekarang ini kita batasi, jam 10 pagi itu sudah kita stop membagikan nomor antrean, jadi biar tidak panjang-panjang juga dan calon pendaftar juga tidak terlalu lama menunggu,” tambahnya.
Di akhir kalimatnya, Rahmah menyebut, dari 10 petugas operator yang ditugaskan untuk menangani proses PPDB, memang sempat mengalami beberapa kendala dan hambatan beberapa waktu lalu, salah satunya karena sakit.
“Ya kemarin hari Selasa itu operator kami lengkap 10 orang. Kalau Rabu kemarin memang sempat ada kendala pada petugas operator kami, ada yang sakit, terus ada juga yang baru saja operasi gigi, terus 3 orang lagi jadi pengawas ujian, karena sekarang kebetulan juga sedang ada ujian di sekolah kami,” tuturnya.
“Jadi tinggal 5 petugas saja. Sebetulnya 5 orang itu sudah cukup, tapi kendalanya ya itu tadi, verifikasinya lama dan petugas kita harus menginput data dari nol lagi,” tutup Rahmah.