JEMBER– Potensi kopi di Kabupaten Jember dinilai sangat besar, terbukti dari peningkatan jumlah produksi per ton setiap tahunnya. Namun, besarnya potensi ini belum diimbangi dengan tata niaga yang stabil, membuat harga di tingkat petani kerap jatuh, terutama saat panen raya.
Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jember, Hanan Kukuh Ratmono, mengungkapkan hal ini. Dia menyebutkan bahwa Fraksinya mewakili aspirasi para petani kopi dan mendesak pemerintah untuk mengambil peran aktif.
“Kita berharap pemerintah bisa menjembatani, menghadirkan investor, menghadirkan pabrik kopi agar bisa membeli produksi kopi yang sangat besar ini di Jember,” katanya, Rabu (5/11/2025).
Selanjutnya kata dia, tujuan utama kehadiran pabrik lokal adalah untuk mencegah kopi hasil panen Jember lari ke kabupaten lain dan membangun branding khas Jember. Hanan menjelaskan bahwa masalah utama yang diserap dari aspirasi petani adalah panjangnya rantai pemasaran dan distribusi dari petani sampai ke pabrik.
“Rantai yang panjang ini menciptakan selisih harga yang cukup tinggi. Dengan memperpendek rantai distribusi itu, bisa mengurangi margin itu agar harga petani lebih tinggi lagi,” ujarnya.
Hanan berharap dengan intervensi pemerintah, kestabilan harga dapat terwujud. Dia mencontohkan, pada musim panen raya lalu, harga tertinggi robusta mencapai Rp79.000 per kilogram, namun harga terendahnya anjlok hingga Rp44.000 per kilogram.
“Pada musim panen, panen raya, harga turun ke Rp44.000. Bagi petani kopi yang modalnya sedikit, akhirnya mereka terpaksa harus jual, kalau yang banyak modal mungkin masih bisa nyimpan,” paparnya.
Hanan berharap dengan hadirnya pemerintah, pabrik, dan distributor kopi, fluktuasi harga tidak terlalu jauh antara musim panen dan non-panen.
“Saat ini harga kopi kemarin kan sudah tertinggi 79, sekarang sudah mendekati Rp70.000 lagi,” ungkapnya.
Untuk menindaklanjuti persoalan ini, Hanan menyatakan akan meminta anggota komisi di DPRD yang terkait untuk melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan pemerintah.
“Harapannya itu tadi, memang pemerintah bisa membuat stabil harga,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya branding kopi Jember, mencontoh kabupaten tetangga yang telah sukses melakukannya sejak lama. Jember memiliki keunggulan geografis dengan dua sisi pegunungan, Raung dan Argopuro, yang keduanya ditanami kopi oleh banyak petani.
“Kopi Jember itu Raung punya ciri khas sendiri. Terus yang Argopuro punya ciri khas kita sendiri, karena karakter ketinggian juga berpengaruh,” jelasnya.
“Kami optimis bahwa kopi Jember bisa menjadi produk unggulan, tinggal menunggu langkah serius pemerintah untuk melakukan branding,” tandasnya.












