JEMBER – Dunia digital kian merasuk ke seluruh sendi kehidupan, termasuk cara manusia beragama. Di sinilah UIN KHAS Jember mencoba menautkan nilai spiritual dengan kemajuan teknologi.
Lewat Seminar Internasional Pascasarjana bertajuk “Tamadun Digital dan Masa Depan Warisan Agama Bersama: Pengalaman Malaysia”, kampus ini mengajak peserta merenungkan arah baru kehidupan beragama di era serba digital.
Digelar pada 5 November 2025 di Gedung BEC UIN KHAS, acara itu menghadirkan tiga pemikir lintas negara: Dr. Muhammad Faizal A. Ghani dari Universiti Malaya, Prof. Dr. M. Khusna Amal, dan Prof. Dr. Fawaizul Umam.
Ketiganya membuka pandangan baru tentang bagaimana teknologi, spiritualitas, dan kemanusiaan bisa bersinergi tanpa saling menegasikan.
Dr. Faizal menegaskan, tamadun digital seharusnya dibangun di atas nilai kemanusiaan dan agama. “Teknologi harus menjadi jembatan, bukan tembok antara manusia dan Tuhan,” ujarnya.
Pandangan itu disambut Prof. Khusna Amal yang memperkenalkan gagasan metaverse of faith—ruang virtual sebagai wadah baru dialog lintas iman.
“Metaverse bukan ancaman, tapi peluang untuk memperluas ruang spiritual. Masa depan warisan agama bergantung pada bagaimana kita memelihara nilai suci di dunia digital,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Fawaizul Umam mengingatkan agar iman tetap menjadi jangkar di tengah derasnya arus algoritma dan inovasi teknologi.
“Spiritualitas harus menjadi pusat dari setiap langkah kemajuan, bukan hanya pelengkap,” tegasnya di hadapan ratusan peserta.
Rektor UIN KHAS Jember, Prof. Dr. H. Hepni, M.M., menilai forum semacam ini penting untuk meneruskan tradisi keilmuan Islam yang telah lama menjadi cahaya peradaban.
“Untuk meraih kemenangan, kita harus menjaga kekuatan, persatuan, dan toleransi,” katanya dalam sambutannya.
Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Mashudi, M.Pd., menutup sesi dengan pesan reflektif: era digital menuntut manusia tak sekadar adaptif, tapi juga ilhami teknologi dengan nilai-nilai ilahiah.
“Melalui forum ilmiah seperti ini, kami berupaya menjaga keseimbangan antara iman dan ilmu agar transformasi digital tetap berpijak pada spiritualitas,” ujarnya.












