JEMBER – Kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum fotografer terhadap sejumlah model di Desa Balung Kulon, Kecamatan Balung, Jember mendapat perhatian khusus dari pihak kepolisian.
Pasalnya, kasus tersebut viral di berbagai media sosial dan sejumlah korban juga telah melapor ke Mapolres Jember.
Pengawas Penyidik (Pawasidik) Satreskrim Polres Jember, Iptu Naufal Muttaqin mengatakan, saat ini pihaknya telah menerima laporan dari korban dan akan segera melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
“Saat ini sudah ada laporan yang masuk pada kami terkait viralnya kasus tersebut. Kebetulan tadi pelapor datang ke Mapolres Jember sejumlah 4 orang dan kasus ini akan segera kita selidiki,” kata Naufal pada wartawan, Rabu (22/05/2024) sore.
Berdasarkan data yang diperoleh, Naufal mengatakan bahwa terdapat 4 orang pelapor yang datang ke SPKT Polres Jember sore tadi. Keempat pelapor tersebut diantaranya RR (19) asal Kabupaten Banyuwangi, R (20) asal Kecamatan Jenggawah, Jember, A (20) asal Kecamatan Balung, Jember dan M (23) asal Kabupaten Tuban.
“Nantinya apa yang dilaporkan oleh pelapor ini akan kita dalami untuk kemudian kita lakukan penyelidikan lebih lanjut,” kata Naufal.
Sebelumnya, diberitakan bahwa telah terjadi dugaan kasus pelecehan seksual oknum fotografer terhadap sejumlah model di Desa Balung Kulon, Kecamatan Balung, Jember.
Saat menjalankan aksinya, terduga pelaku yang diketahui berinisial AP (25) menghubungi para korban melalui chat di sosmed.
Setelah itu, para korban diajak untuk datang ke studio foto milik pelaku di desa setempat untuk melakukan sesi pemotretan.
Korban berinisial A (20) mengatakan, oknum terduga pelaku, melakukan aksi pelecehan tersebut dengan menyentuh bagian payudara dan alat kelamin korban.
Bahkan, menurut A, pelaku juga sempat mengajak sejumlah korban untuk berhubungan badan.
“Jadi beberapa korban sempat dilecehkan dipegang bagian payudara dan alat kelamin. Dan ada juga beberapa korban yang dipaksa untuk berbuat hal-hal seperti itu (asusila). Kalau saya hampir aja digitukan, tapi untung saat itu saya berada di Malang dan gak hadir ke sesi pemotretan,” ucap A.
Ia menjelaskan, saat berada di studio, rata-rata hanya dua orang saja.
A menyebut, jika posisi studio rame, maka pelaku akan meminta sesi pemotretan untuk dilakukan satu persatu, sedangkan model lain akan ditempatkan di lokasi lain sebelum sesi pemotretan.
“Biasanya itu sendiri-sendiri pak, dan yang gak lagi pemotretan, biasanya ditaruh di paling belakang agar situasi pemotretan tetap sepi dan sesi foto itu dilakukan hanya berdua antara fotografer dan 1 orang model saja,” paparnya.
Bahkan, model yang berhijab acap kali diminta untuk melepas hijabnya oleh pelaku.
Terduga pelaku juga tak segan untuk melakukan tindakan pengancaman hingga kekerasan pada korban yang menolak.
“Kalau dress hitam diminta oleh pelaku itu yang penting seksi. Yang berhijab malah ada yang disuruh lepas hijabnya. Bahkan ada unsur pengancaman dan kekerasan juga saat pelaku berbuat seperti itu,” pungkasnya.