PMII Rayon FTIK UIN KHAS Jember Sukses Gelar Festival Santri Perdana

Jember – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Khas Jember sukses mengadakan malam puncak Festival Santri pada Minggu (27/10/2014).

Acara ini menarik minat para santri dari berbagai organisasi pondok pesantren se-Indonesia yang berlokasi di lingkungan UIN Khas Jember. “Antusiasme peserta sungguh luar biasa,” ungkap Muhammad Imron Hamzah, Ketua PMII Rayon FTIK.

Menurut Imron, Festival Santri ini menjadi yang pertama digelar oleh rayon FTIK. “Kami ingin menciptakan momen berharga bagi para santri,” jelasnya.

Berbagai lomba menarik mewarnai festival ini, seperti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ), Musabaqah Qiroatul Kutub (MQK), lomba dakwah, dan futsal sarung.

“Lomba-lomba ini sengaja dirancang untuk mempererat tali silaturahmi antarpondok pesantren,” kata Imron. Ia menambahkan, peserta berasal dari 25 organisasi pondok pesantren di sekitar kampus.

Perlombaan yang berlangsung pada 21–25 Oktober ini mencapai puncaknya dengan acara seremonial dan pengumuman pemenang pada tanggal 27 Oktober.

Dalam catatan panitia, terdapat 40 organisasi pondok pesantren di sekitar UIN Khas Jember. Namun, hanya 25 yang ikut serta dalam festival ini.

“Kami sangat bersyukur atas partisipasi yang diberikan, sehingga acara ini berjalan sukses,” ujar Imron. Ia juga berharap festival ini dapat mempererat hubungan antarpondok.

“Tujuan utama kami adalah memperkuat ukhuwah islamiah di kalangan santri,” tambahnya. Festival ini juga menjadi ruang ekspresi bagi santri untuk menunjukkan bakat mereka.

Selain perlombaan, acara tersebut dimeriahkan dengan pengajian dan sholawat akbar. “Kami mengundang Kiai Badrus Shodiq dan Kiai Syamsul Arifin untuk mengisi tausiyah,” kata Imron.

Dengan ribuan santri yang hadir, halaman kampus dipenuhi suasana semarak. “Melihat banyaknya peserta yang datang, kami merasa sangat terharu,” ungkapnya.

Acara ini juga diharapkan menjadi ajang untuk menumbuhkan semangat mengaji dan mengabdi. “Kami ingin nilai-nilai pesantren terus tertanam, meski mereka sudah menjadi mahasiswa,” tutup Imron.

Pos terkait