JEMBER – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember menggelar Focus Group Discussion (FGD) Siaga Bencana di Aula PB Sudirman, Pemerintah Kabupaten Jember, pada Rabu (2/9/2024).
Acara ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan, di antaranya seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Jember, Imam Hidayat, serta organisasi-organisasi yang ada di Jember.
BPBD Jember menggelar FGD sebagai upaya antisipasi dini Megathrust terhadap potensi bencana yang dapat terjadi di titik-titik tertentu yang berpotensi di Kabupaten Jember.
Kepala BPBD Jember, Widodo Julianto, menyampaikan bahwa ada beberapa kecamatan di Jember yang memiliki potensi terdampak bencana, khususnya di daerah pesisir.
Kecamatan-kecamatan tersebut di antaranya Tempurejo, Ambulu, Wuluhan, Puger, Gumukmas, dan Kencong.
“Ada 12 desa di sepanjang pesisir yang tidak hanya akan terdampak di wilayah tersebut, tetapi dampaknya diperkirakan akan melebihi desa-desa di pinggir pantai tersebut,” kata Widodo saat diwawancarai oleh media.
Oleh karena itu, menurut Widodo, penanganan bencana ini menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak.
Kolaborasi dari semua aspek, ditambah dengan penguatan desa tangguh bencana, sangat diperlukan untuk menghadapi situasi ini.
“Sehingga, ada koneksi yang baik antara masyarakat dan pemerintahan desa untuk meminimalkan korban ketika bencana terjadi secara tiba-tiba,” lanjutnya.
Sementara itu, salah seorang pemateri dalam FGD, Ma’muri, yang juga merupakan Kepala Stasiun Geofisika BMKG Malang, menyatakan bahwa semua unsur telah siap.
Namun, koordinasi yang baik masih perlu diperkuat melalui kegiatan FGD yang diselenggarakan BPBD.
“Diharapkan nantinya segala persiapan dapat tepat sasaran ketika bencana terjadi secara tiba-tiba. Meskipun kita tidak menginginkan bencana tersebut terjadi, setidaknya kita memiliki persiapan yang matang untuk menanggulanginya,” ujarnya.
Semua aspek bekerja sama untuk menyukseskan acara FGD ini.
Ke depannya, BPBD akan menyusun timeline dan pembuatan SOP terkait mitigasi bencana.
“Kita harus terbiasa dengan gladi atau simulasi penanggulangan bencana, mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa,” tambah Ma’muri.
Selain itu, dalam kesempatan ini, juga diperkenalkan beberapa teknologi informasi yang diharapkan dapat membantu dalam menghadapi bencana yang terjadi secara tiba-tiba.