JEMBER – Dalam aksi Seruan Moral terhadap Penyimpangan Demokrasi di Indonesia yang digelar oleh puluhan Mahasiswa, Guru Besar dan Dosen Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ) pada Rabu (07/01/2024) siang. Turut disampaikan paparan terhadap Cawapres nomor urut 02.
Dosen FISIP UMJ, Drs. Hery B Cahyono, M.Si, ketika dimintai tanggapan tentang cawapres nomor 02, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan bahwa jika memang tujuannya baik, maka cara yang digunakan juga harus baik.
“Yang namanya etika dan etik, itu tidak berkaitan dengan legal formal. Soal pelanggaran-pelanggaran lainnya, kalau startnya sudah seperti ini. Selanjutnya saya tidak bisa memprediksi. Maka kalau berangkatnya kurang baik, ya hasilnya kurang baik,” tegasnya, Rabu (07/02/2024).
Lebih lanjut, Hery mengatakan jika aksi yang dilakukan oleh para Civitas Akademika UMJ itu berkaitan dengan nilai-nilai luhur bangsa.
“Kalau etika itu ditabrak, maka hal ini sama dengan nabrak nilai-nilai luhur yang ada di bangsa Indonesia, yang sudah dibangun oleh republik ini,” ucapnya.
“Kalau etika itu ditabrak, maka akan ada indikasi menabrak yang lain. Sehingga dengan aksi ini, bisa diluruskan, dan perlu untuk menghargai etika moral di bangsa kita ini,” imbuhnya.
Terkait hal tersebut, Hery melanjutkan, aksi tersebut juga berkaitan dengan pengadilan budaya. Bahkan, ia menyebut bahwa yang menghakimi (paslon 02) adalah budaya itu sendiri.
“Budaya etik moral dan yang ada di masyarakat bukan melalui pengadilan persidangan, tetapi ini ranahnya pengadilan budaya,” terangnya.
Sesuai dengan posisi dan kedudukan, lanjutnya, yang punya tangan-tangan kekuasaan dan lisan adalah diri kita sendiri.
“Yang memang tidak punya ya be call be, yaitu Amar Makruf Nahi Munkar atau sesuai dengan kemampuan, kedudukan, dan kapasitas kita,” ulasnya.
Dalam kalimat penutupnya, Hery menambahkan, tujuan yang baik caranya juga harus baik.
“Kalau kita mencapai tujuan, caranya tidak baik ya tetap saja tidak baik,” pungkasnya.