Dari Pesantren ke Perguruan Tinggi Negeri: Jejak Gemilang Santri Al-Mashduqiah

PROBOLINGGO – Pesantren tak lagi sekadar tempat belajar kitab kuning. Buktinya, lima santri lulusan SPM HAMIM Al-Mashduqiah, Probolinggo, berhasil menembus Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025 dan diterima di sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) ternama.

Pengumuman kelulusan SNBT yang dirilis secara nasional pada 28 Mei lalu mencatat nama lima santri Al-Mashduqiah sebagai bagian dari peserta yang lolos seleksi ketat bersaing dengan lebih dari 860 ribu pendaftar.

Lima santri itu diterima di jurusan favorit. Antara lain, Ahmad Faris Azad Al Rasyid di Sistem Informasi UIN Sumatera Utara, dan Moch Zakky Ubaid di Teknik Pertanian Universitas Jember.

Adapun Laily Isnainil Mundjidah memilih Pendidikan Guru Sekolah Dasar di kampus yang sama. Alfiatus Sholeha masuk Sastra Inggris di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sementara Chusnul Khotimah diterima di Hubungan Internasional Universitas Jember.

Prestasi itu bukan datang tiba-tiba. Sejak awal 2024, kelimanya tercatat sebagai penerima Beasiswa Santri dari BAZNAS. Mereka mengikuti pembinaan intensif lewat program bimbingan belajar hasil kolaborasi pondok dengan Ruangguru cabang Kraksaan.

“Saya sangat bersyukur, Pondok sangat berperan. Kami dibimbing dari awal sampai ujian. Semua fasilitas kami dapat.” kata Zakky, salah satu santri yang diterima di Universitas Jember, kepada wartawan.

“Ini baru awal, Tantangan berikutnya adalah membuktikan kami bisa bersaing juga di kampus.” pungkas Zakky, dengan senyum ringan.

Program pembinaan berjalan sejak Januari, mencakup latihan soal, kelas intensif, evaluasi rutin, hingga simulasi ujian. Seluruh kegiatan berlangsung di ruang belajar khusus yang dibuat lebih kondusif bagi peserta SNBT.

Saifillah, koordinator program beasiswa di pondok, menyebut capaian ini sebagai lompatan penting bagi pesantren.

“Santri kini tak hanya menguasai ilmu agama, tapi juga punya daya saing akademik nasional, Ini jadi titik tolak untuk memperluas pola pembinaan ke angkatan berikutnya.” ujarnya.

Keberhasilan lima santri ini memperkuat reputasi Al-Mashduqiah sebagai pesantren yang berorientasi pada pembentukan karakter dan penguasaan ilmu modern.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mashduqiah KH. Mukhlisin Sa’ad, M.A. mengatakan pondok kini menjadi simpul pendidikan yang tak kalah saing dengan sekolah umum.

“Kami ingin mencetak lulusan yang utuh: alim, cakap, dan mampu berprestasi,” kata KH. Mukhlisin pada media kamis (26/6/2025).

Tak sekadar jargon, semangat itu mereka wujudkan dalam kurikulum yang menggabungkan pelajaran islam dengan pelajaran umum, serta penekanan pada kompetensi abad 21.

Pencapaian ini menegaskan bahwa dunia pesantren tidak tertinggal. Di tengah derasnya kompetisi masuk perguruan tinggi, para santri justru hadir sebagai pesaing yang diperhitungkan.

Penulis: Abdus Syakur
Editor: Supriadi

Pos terkait