JEMBER – UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) Jember kembali menorehkan sejarah. Kampus ini menjadi pelopor pertama di Indonesia yang menggelar Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Pesantren.
Selama tiga hari, aula UPT Perpustakaan UIN KHAS Jember menjadi ruang pertemuan 53 peserta dari berbagai pesantren se-Jawa Timur mulai Jember, Banyuwangi, hingga Surabaya.
Pelatihan ini tak sekadar berbicara soal manajemen perpustakaan. Fokusnya pada tiga hal penting: penguatan literasi, pelestarian manuskrip kuno, dan transformasi digital dunia kepesantrenan.
Ketua Panitia, Ahmad Sirajuddin, M.MT., menyebut gagasan ini lahir dari kegelisahan terhadap nasib ribuan kitab turots di pesantren yang mulai lapuk dimakan usia.
“Pesantren menyimpan warisan ilmu luar biasa. Melalui pelatihan ini, kami ingin mendorong upaya digitalisasi naskah agar khazanah keilmuan Islam tetap hidup,” ujarnya.
Ia menambahkan, semangat pelestarian itu terinspirasi dari Bayt al-Hikmah pusat kejayaan literasi Islam di masa Harun ar-Rasyid.
Kegiatan yang menjadi bagian dari rangkaian Santri on Campus 2025 ini juga digelar untuk menyemarakkan Hari Santri Nasional 2025.
Kepala Biro AUPK UIN KHAS Jember, Dr. H. Nawawi, M.Fil.I., mengapresiasi langkah progresif UPT Perpustakaan dalam memperkuat hubungan kampus dan pesantren.
“Pesantren bukan pelengkap, melainkan pilar kebangsaan. Ia berperan sebagai benteng moral, sumber perjuangan, sekaligus penjaga khazanah ilmu,” tegasnya.
Beragam narasumber hadir memberikan wawasan mendalam, mulai dari akademisi hingga praktisi literasi dan digitalisasi manuskrip.
Mereka antara lain Fiqru Mafar, M.IP., pemerhati naskah Islam; Ns. Tunggul Harwanto, M.Kes., pendiri Rumah Literasi Indonesia; Yusrizal Novwaril Huda, filmmaker pesantren; dan Ahmad Hilman Adli, ahli digitalisasi manuskrip.
Peserta mendapatkan materi intensif tentang pengelolaan perpustakaan digital, wirausaha literasi, hingga pelatihan konten kreatif perfilman pesantren.
Muhammad Romli, peserta dari Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya, menilai kegiatan ini membuka wawasan baru bagi pesantren.
“Pelatihan ini menyadarkan pentingnya menjaga tradisi tulis ulama sambil beradaptasi dengan teknologi digital,” ujarnya.
Kepala UPT Perpustakaan, Hafidz, S.Ag., M.Hum., menegaskan kegiatan ini sebagai titik awal kolaborasi strategis antara perguruan tinggi dan pesantren.
“Transformasi digital di pesantren bukan lagi pilihan, tapi keniscayaan. Kami ingin menjadikan perpustakaan pesantren pusat literasi Islam yang mendunia,” pungkasnya.










