Jember, Jurnalbangsa.com – Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh buruh Perusahaan Umum Daerah Perkebunan Kahyangan Jember (Perumda Kahyangan) berakhir ricuh.
Puluhan massa yang hadir dalam aksi demo tersebut sempat terlibat saling dorong dengan petugas kepolisian, bahkan sampai merusak pagar Pendopo Wahyawibawagraha kediaman Bupati Jember.
Dari pantauan di lokasi, aksi tersebut bermula saat massa melakukan orasi di depan Pendopo Wahyawibawagraha Jember sekitar pukul 12.30 WIB.
Orasi berlangsung tegang, sejumlah massa yang terpancing emosi berusaha mendorong kawat berduri dan barikade petugas.
Usai massa dan petugas terlibat aksi saling dorong, massa yang berjumlah puluhan itu berhasil menjebol kawat berduri, bahkan massa juga berhasil merusak dan merobohkan pintu gerbang besi yang terpasang di Pendopo Wahyawibawagraha pada pukul 13.30 WIB.
“Ayo masok kabbhi, dinah mon aperean lah (ayo masuk semua, biarkan terobos aja),” kata koordinator aksi, Hermanto, Rabu (18/9/2024).
Hermanto beserta seluruh massa memprotes dan meminta Bupati Jember, Hendy Siswanto, untuk keluar dan menemui para buruh.
Tak kunjung ditemui, puluhan massa yang berhasil menjebol pintu pendopo itu langsung masuk menerobos barisan petugas kepolisian.
“Apa sampean nggak kasihan sama buruh gini. Coba dari tadi ditemui, kita nggak akan sampai menerobos seperti ini,” teriak Hermanto pada petugas yang berada di Pendopo Wahyawibawagraha.
Akibatnya, pintu gerbang pendopo mengalami kerusakan yang cukup parah hingga terlepas dari pijakannya. Sementara massa masih melakukan orasi hingga pukul 14.00 WIB.
Tensi mulai tenang ketika Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jember Bambang Saputro dan Kapolres Jember AKBP Bayu Pratama Gubunagi berusaha melakukan mediasi dengan para massa.
“Mari kita bantu, apa yang menjadi keluh kesah bapak ibu sekalian. Silahkan disampaikan,” kata Kepala Satpol PP, Bambang Saputro.
Dari situlah, massa akhirnya bersedia melakukan mediasi dengan pejabat daerah yang ditemui, meskipun merasa kecewa lantaran Bupati Jember tidak menemui mereka.
Terdapat 5 poin yang menjadi latar belakang aksi demonstrasi dari para buruh Perumda Kahyangan Jember itu, antara lain:
- Upah Minimum Kabupaten (UMK) tidak dipenuhi, masih banyak karyawan atau buruh yang mendapat gaji dibawah;
- Penjualan hasil tanaman sengon di Jember dilakukan dengan cara yang tidak prosedural;
- Pelanggaran hak buruh seperti hak cuti, tunjangan dan jaminan sosial masih sering diabaikan oleh petinggi;
- Kesejahteraan buruh yang masih dinilai buruk dan stagnan (tidak ada peningkatan);
- Kebijakan direksi yang seringkali tidak tepat sasaran dan tak memberikan keuntungan bagi.
Meskipun mediasi sempat dilakukan dengan Kepala Satpol PP Jember, massa yang kecewa karena tak ditemui oleh pihak Direksi Perumda Kahyangan maupun Bupati Jember akhirnya membubarkan diri.
Namun, dalam pembubaran itu Korlap Aksi, Hermanto mengatakan bahwa pihaknya bersama seluruh karyawan Perumda Kahyangan Jember akan melakukan aksi mogok kerja sampai ada tanggapan dari Direksi maupun Pemerintah Kabupaten Jember.
Sementara itu, Kapolres Jember AKBP Bayu Pratama Gubunagi menyesalkan perbuatan pengerusakan pintu gerbang yang dilakukan oleh para demonstran.
“Pada intinya kami menyesalkan perilaku pengerusakan pintu gerbang ini. Tidak seharusnya demonstrasi dilakukan dengan cara yang anarkis. Seharusnya demonstran bisa lebih tertib dan kondusif saat melakukan aksi demo,” jelasnya singkat.